secuil sejarah PACITAN


Ki Bonokeling, Ki Setroketipo dan Kanjeng Jimat mungkin tidak pernah menyangka, sejarah yang mereka toreh di Pacitan terus dikenang oleh anak cucu mereka hingga kini. Di pusara ketiganyalah, warga Pacitan mengawali peringatan Hari Ulang Tahun ke-623 Kabupaten Pacitan dengan kesederhanaan.

--------------

Tidak seperti areal pemakaman kebanyakan, areal pemakaman Giri Sampoerno di Desa Tanjung Asri, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur terletak di atas bukit. Tempat peristirahatan terakhir warga sekitar itu memenuhi hampir seluruh permukaan bukit satu kilometer dari pusat kota asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Di Giri Sampoerno itu jugalah bersemayam Joyoniman atau Kanjeng Jimat, Bupati Ke-12 Pacitan. Bagi masyarakat Pacitan, Kanjeng Jimat adalah tokoh besar yang memulai pembangunan kota itu. Tokoh ini dikeramatkan karena melalui tokoh inilah Islam mulai menyebar di Pacitan. "Sejak Kanjeng Jimat itu menjabat, Pacitan tumbuh menjadi daerah yang maju," kata Imam Koesno, sesepuh yang juga juru kunci pemakaman Kanjeng Jimat pada The Jakarta Post.

Sejarah Pacitan berawal dari kedatangan Ki Bonokeling, salah satu utusan Raja Brawijaya ke daerah di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah ini, pada abad ke XII M. Keturunan Ki Bonokeling menjadi penguasa hingga empat generasi. Ketika Islam mulai masuk, Ki Bonokeling ke-IV yang menjadi penguasa daerah itu keberatan ketika Kyai Ageng Petung, salah satu penyebar Islam di tanah Jawa, menyebarkan agamanya ke Pacitan. Keduanya bersitegang dan beperang.

Konon, Ki Bonokeling ke-IV memiliki kesaktian yang membuatnya tidak bisa dibunuh. Dalam perang itu, Kyai Ageng Petung berhasil membunuhnya dengan memenggal tubuh Ki Bonokeling menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian tubuhnya dimakamkan di tiga tempat berbeda, yang dipisahkan dengan aliran sungai. Islam pun mulai tumbuh di Pacitan.

Nama Pacitan berasal dari kata Pace (buah Pace). Nama itu pertama kali disebutkan oleh Raja Mangkubumi yang berhasil disembuhkan oleh air buah pace saat lumpuh. Setroketipo, salah satu keturunan Bonokeling ke-V yang beragama Islam, adalah orang yang memberikan air itu kepada Mangkubumi.

“Sejarah berlanjut, hingga akhirnya Pacitan dipegang oleh Joyoniman atau Kanjeng Jimat, keturunan ke-XII Bonokeling yang berkuasa sejak 1840,” ungkap Koesno mengutip kitab Babad Pacitan. Kata jimat atau kabarang keramat yang diberikan kepada Joyoniman berawal dari tugas yang diberikan Pangeran Diponegoro kepada Joyoniman untuk bisa menjaga gedung yang berisi barang keramat.

Kanjeng Jimat adalah sosok yang sederhana dan penganut Islam yang taat. Pembangunan Pacitan beraroma keislaman adalah salah satu cita-citanya. Karena itu pun ketika Kanjeng Jimat meninggal dunia, dia mewasiatkan untuk dikubur di atas bukit yang berhadapan dengan kota Pacitan. Seperti di Giri Sampoerna sekarang.

Dari lokasi makam Kanjeng Jimat, kota Pacitan, berikut hamparan Pantai laut Selatan Teleng Ria terlihat jelas. Meski di sana bersemayam tokoh besar Pacitan, namun makam seluas 8x10 meter itu tergolong sederhana. Tidak ada ornamen khas Pacitan yang terukir di sana. Hanya bangunan rumah yang berdampingan dengan mushola Kanjeng Jimat.

Meski demikian, makam Kanjeng Jimat menjadi magnet bagi warga Pacitan yang masih bercaya pada kekeramatan sebuah makam. “Ada tiga makam di Pacitan yang sering dikunjungi untuk didoakan, Makam Kanjeng Jimat, Makam Setroketipo dan makam Buonokeling,” kata Koesno.

Kesederhanaan dan kekeramatan ala Kanjeng Jimat itulah yang menjadi salah satu ispirasi perayaan HUT Pacitan tahun 2008 ini. “Folosofinya adalah, menjadikan momentum ulang tahun Pacitan menjadi awal dari perubahan menjadi yang lebih baik dan religius,” kata Fathoni, Kepala Dinas Pariwisata Pacitan pada The Jakarta Post. Tanpa pagelaran hiburan rakyat dari 12 Kecamatan, Kirab Pusaka atau Pagelaran Wayang semalam suntuk. Puncak peringatan berupa dzikir akbar. "Ini adalah refleksi dari banyaknya problem yang dihadapi bangsa ini belakangan," kata Fathoni.

Pacitan memang memiliki sejarah yang jauh dari kegegapgempitaan. Daerah ini adalah daerah tunjuan raja-raja Jawa bila ingin melakukan tapa nyepi. Ketika Jendral Sudirman dikejar-kejar Belanda, Jendral Besar itu memilih bersembunyi di Pacitan dan memimpin strategi penyerangan di salah satu bukit di Pacitan. “Saya dengar, ada salah satu gua yang biasa dijadikan tempat bertapa raja-raja, juga digunakan oleh Almarhum mantan Soeharto,” kata Fathoni.

Kini, ketika Pacitan berulang tahun ke-623, semangat kesederhanaan itu kembali diusung. Kesederhanaan yang ditorehkan pertama kali oleh Ki Bonokeling, Ki Setroketipo dan Kanjeng Jimat.

Sekedar Mengingatkan

Orang sering keterlaluan, tidak logis dan hanya mementingkan diri sendiri;

Bagaimanapun, maafkanlah mereka.

Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;

Bagaimanapun, baik hatilah.

Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu,

dan beberapa sahabat sejati;

Bagaimanapun, jadilah sukses.

Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu;

Bagaimanapun, jujur dan terbukalah.

Apa yang engkau bangun bertaun taun,

Mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;

Bagaimanapun, bangunlah.

Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan,

mungkin saja orang lain jadi iri;

Bagaimanapun, berbahagialah.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini,

mungkin saja besok sudah dilupakan orang;

Bagaimanapun, berbuat baiklah.

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.

Engkau lihat,

Akhirnya ini adalah urusan engkau dengan Tuhanmu;

Bagaimanapunini bukan urusan antara engkau dan mereka.

(Diambil dari buku The 8th Habbit karya Stephen R covey)

Refleksi Hati: Cinta Kekasih

Seorang perawan desa sedang pergi untuk menemui kekasihnya. Ia melewati seorang Mullah yang sedang melakukan shalat. Karena tidak tahu, ia berjalan di depan Mullah itu, suatu hal yang dilarang oleh agama. Mullah itu sangat marah, hingga ketika gadis itu kembali lewat di dekatnya, ia memarahinya. 


Ia berkata. "Alangkah berdosanya, hai gadis muda, berjalan di depanku ketika aku sedang shalat.


Gadis itu berkata, "Apa artinya shalat?


Dijawab, "Aku sedang memikirkan Allah, Tuhan langit dan bumi.


Gadis itu berkata, "Maafkan aku, aku belum tahu Allah dan shalat bagi-Nya, tetapi tadi aku sedang berjalan menuju kekasihku dan memikirkan kekasihku, hingga aku tak melihatmu sedang shalat. Aku heran bagaimana anda yang sedang memikirkan Allah dapat melihatku?


Perkataan gadis itu sangat berkesan pada Mullah hingga ia berkata, "Sejak saat ini, hai gadis, engkau adalah guruku. Akulah yang harus belajar darimu."

Coba Cari Maknanya.

Anda dan saya diciptakan dengan suatu kapasitas untuk mencapai hal-hal tertentu.

Anda dan saya diciptakan dengan tugas untuk memenuhinya.

Jika tidak, kita akan mengalami stres seperti banyak orang lain yang mengalami hal
yang sama.

Uang dan kekayaan memang penting, tapi hal itu tidak boleh menjadi hal yang utama
dalam hidup.

Manusia yang hidup di dunia tanpa mempunyai harta MEMANG akan merasakan kesunyian,

Tapi jika orang yang hidup hanya mengejar harta, ia akan MATI SIA-SIA.

Kenali dirimu dan semua potensi yang bisa kau capai, dan kerja keraslah untuk itu.

Kesuksesan sejati adalah mencapai secara maksimal semua potensi dan tujuan hidup.

Tujuan hidup yang tidak tercapai adalah sebuah kegagalan, dan tidak memiliki tujuan
hidup adalah sebuah tragedi.

Capailah semua potensi dan tujuan hidupmu, maka engkau akan menjadi inspirasi bagi
setiap orang, sama seperti lampu yang menerangi setiap sudut ruangan.

Berikan yang terbaik dari semua itu kepada dunia, dan engkau akan menerima
yang terbaik juga sebagai balasan.

Datang Melalui Jendela Waktu

pepatah tua Irlandia

Ambillah waktu untuk berfikir
Itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain
Itu adalah rahasia masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
Itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk berdo'a
Itu adalah kekuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat
Itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa
Itu adalah musik yang menggetarkan jiwa
Ambillah waktu untuk memberi
Itu adalah waktu yang sangat singkat untuk
kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan
Ambillah waktu untuk beramal
Itu adalah Kunci menuju Surga
(Diambil dari buku Percaya Cinta Percaya Keajaiban karya Gede Prama

Kidung Rumekso Ing Wengi

By Kanjeng Wali Sunan Kalijogo


Ana kidung rumeksa ing wengi,
Teguh ayu luputa ing lara,
Luputa bilahi kabeh,jin setan datan purun,
Paneluhan tan ana wani, miwah panggawe ala,
Gunane wong luput, geni anemahan tirta,
Maling adoh tan ana ngarah ing kami, guna duduk pan sirna.
Sakehin lara pan samja bali,
Sakehing ama sami miruda, welas asih pandulune,
Sakehing bradja luput, kadi kapuk tibanireki,
Sakehing wisa tawa, sato kuda tutut,
Kayu aeng lemah sangar songing landak,
Guwaning mong lemah miring, mjang pakiponing merak.

Pagupakaning warak sakalir,
Nadyan artja mjang sagara asat,
Satemah rahayu kabeh, dadi sarira aju,
Ingideran mring widhadari, rinekseng malaekat,
Sakatahing rusuh, pan dan sarira tunggal,
Ati Adam utekku Bagenda Esis, pangucapku ya Musa.

Napasingun Nabi Isa luwih,
Nabi Yakub pamiyarsaningwang,
Yusuf ing rupaku mangke,
Nabi Dawud swaraku,
Yang Suleman kasekten mami,
Ibrahim nyawaningwang,
Idris ing rambutku, Bagendali kulitingwang,
Abu Bakar getih, daging Umar singgih, balung Bagenda Usman.

Sungsumingsun Fatimah Linuwih,
Siti Aminah bajuning angga,
Ayub minangka ususe, sakehing wulu tuwuh,
Ing sarira tunggal lan Nabi, Cahyaku ya Muhammad,
Panduluku Rasul, pinajungan Adam syara",
Sampun pepak sakatahing para nabi, dadi sarira tunggal.
Wiji sawiji mulane dadi, pan apencar dadiya sining jagad,
Kasamadan dening Dzate, kang maca kang angrungu,
Kang anurat ingkang nimpeni,
Rahayu ingkang badan, kinarya sesembur,
winacaknaing toja, kinarya dus rara tuwa gelis laki, wong edan dadi waras.

Lamun arsa tulus nandur pari puwasaa sawengi sadina,
Iderana gelengane, wacanen kidung iki,
Sakeh ama tan ana wani,
Miwah yen ginawa prang wateken ing sekul,
Antuka tigang pulukan, mungsuhira lerep datan ana wani, teguh ayu pajudan.
Lamun ora bisa maca kaki, winawera kinarya ajimat,
Teguh ayu penemune, lamun ginawa nglurug,
Mungsuhira datan udani, luput senjata uwa,
Iku pamrihipun, sabarang pakaryanira,
Pan rineksa dening Yang Kang Maha Suci, sakarsane tineken.

Lamun ana wong kabanda kaki,
Lan kadenda kang kabotan utang, poma kidung iku bae,
Wacakna tengah dalu, ping salawe den banget mamrih,
Luwaring kang kabanda, kang dinenda wurung,
Dedosane ingapura, wong kang utang sinauran ing Yang Widdhi, kang dadi waras.

Sing sapa reke arsa nglakoni, amutiha amawa,
Patang puluh dina wae, lan tangi wektu subuh,
Lan den sabar sukur ing ati,
Insya Allah tineken, sakarsanireku,
Njawabi nak - rakyatira,
Saking sawab ing ilmu pangiket mami, duk aneng Kalijaga

horeeee

saya punya blog